Kebodohan itu tidak bisa dimengerti

10 min read

Deviation Actions

Bayou-Kun's avatar
By
Published:
3.1K Views
Bayou's Journal



Commission

Commission Terms

Friends&Family


Links

Gallery
Scraps
Favourites
Wishlist
FAQ

Clubs

:iconedward-elric: :iconlove-for-ed: :iconsasuke-h8ers: :icondevil-lovers-fc: :iconkazusa-club: :iconyamane-club: :iconindonesia: :iconbandungs:


My Own Club

:icondoujinshiindonesia:
(Indonesian, join please!)


9Lives Fansclub

:icon9lives-fansclub:




CSS Credit
This CSS is ripped from arhcamt's "How To Save A Life CSS" with codes based on
Simple Clean v.2
by ClaireJones

get this CSS original format here!

This CSS is best view in IE.


"Kebodohan itu tidak bisa dimengerti, kita cuma bisa melihatnya terjadi saja."
Haha... Itu quote dari temen gw.

Nyambung dari jurnal gw sebelumnya, gw masih tetep ngga ngerti kenapa si editor E*** satu itu tetep aja kekeuh dengan pendapatnya sekate2 udah diberondong suara2 protes dari banyak orang.

Pemikiran sempit ini yg ngga pernah bisa gw mengerti.

Ini reply terakhir yang dia katakan:
"Manual itu cuma sbg syarat saja. Dan maksud manual itu cuma untuk contoh ilustrasi. Untuk dalamnya aku membebaskan.

Aku tahu komikus lokal lebih ke digital, tapi apa salahnya kalo juga bisa mewarnai manual meski cuma bisa sekian persen. Yang kulihat di sini bukan hasilnya, tapi usahanya mau melewati tembok yang menghadang. Karena, untuk ke depanny tekanan itu pasti ada.

Jika tembok semudah ini gak bisa dilewati, aku bisa melihat batas dari kemampuan komikus lokal. Banyak komikus lokal yang cepat puas dengan hasil karyanya (baik itu dlm hal gbr maupun cerita). Itu yg bikin aku sedih.

Maaf ya kalau kata2ku ada menyinggung... Karena inilah dunia... Di atas langit masih ada langit yang lebih tinggi lagi... ^_^"


Ini respon gw:
"Tembok yang menghadang itu banyak bentuknya. Masing2 orang punya kok. Masalahnya tembok untuk masing2 orang itu berbeda jenis. Kalo menurut gw, tembok yang kamu pasang ini adalah tembokmu sendiri, yang kamu paksakan pada orang lain untuk melewatinya.

Kamu menyebutkan tekanan dalam membuat suatu ilustrasi. Seberapa 'kenal' kamu dengan 'tekanan' ini? Gw bekerja dalam bidang ini sudah nyaris 4 tahun, Julian mungkin nyaris 10 tahun berada di bidang ini, yang lain pun pastinya sudah punya pengalaman yang tidak sebentar. Kalau gw, dalam 4 tahun itu gw belajar banyak. Ilustrasi yg gw buat ratusan, gw juga udah pernah nerbitin sebuah komik. Menurutmu, kami yang berprofesi di bidang ini tidak tahu apa itu 'tekanan'? Jangan ngeremehin, tekanan itu bukan ada di hadapan kami, tapi kami selalu berada didalamnya.

Apa kamu ngga sadar dengan banyaknya suara2 protes dari orang2, membuktikan bahwa teorimu itu tidak benar adanya dan sama sekali tidak berdasar? Semua orang berkata, tidak masalah pengerjaan digital maupun manual, yang penting hasil akhirnya. Kenapa kamu masih kekeuh? Sama seperti tembok, langit tujuan masing2 orang pun berbeda2. Yang kamu lihat hanyalah langit2 rendah sebuah kotak tempatmu terkurung. Sementara langit yang kami lihat jauh lebih tinggi dari itu. Jauh lebih luas.

Para digital artist bukanlah para pemalas bodoh yang tidak mau berkembang. Digital artist dan manual artist hanya dibedakan oleh media saja, seperti kata Julian, itu hanya sebuah alat perpanjangan tangan. Yang membuat gambar kan sebenarnya tangan artistnya sendiri, bukan alatnya. Alat hanya benda mati yang tidak akan berguna sama sekali tanpa penggunanya, tidak itu cat air, copic, crayon, pinsil warna, bahkan komputer ataupun pen tablet.

Sejak kapan kamu mulai menggambar? Seberapa jauh kamu berkembang? Berapa karya dalam taraf profesional yang sudah kamu ciptakan untuk mengukuhkan teorimu itu? Yang gw dengar dari teman2mu, gambarmu tidak menunjukkan perkembangan yang berarti sejak dulu. Alasannya gw yakin cuma satu: seperti katak dalam tempurung, pola pikirmu yang sempit yang membuatnya terhambat.

Coba renungkan baik2 apa yg gw katakan ini."


Sekedar informasi, kedua sampel ini:
Kuroshitsuji doujin sample by Bayou-Kun Kuroshitsuji doujin sample 2 by Bayou-Kun
Ditinta 100% digital.

Tampak beda dengan manual? 66% dengan jumlah 284 responden poling gw percaya bahwa sampel itu ditinta manual dan hanya diedit sedikit dengan Photoshop, sedang 34% dengan 149 responden yang menjawab benar bahwa sampel itu ditinta secara digital.

Apakah jelek? Dengan percaya diri gw katakan: jelas tidak! Hal ini didukung oleh hasil poling gw juga yang membuktikan;
32% (102 responden) memberi nilai 9.
19% (60 responden) memberi nilai 8.
18% (58 responden) memberi nilai 10.
17% (55 responden) memberi nilai 7.
8% (26 responden) memberi nilai 6.
Sedang sisa hasil poling yg bawah ini kayaknya cuma orang yg sentimen ma gw doang aja... :P
4% (12 responden) memberi nilai 1.
1% (3 responden) memberi nilai 5.

Gw percaya bahwa standar karya gw cukup berkualitas. Dan jika cuma karena masalah digital-manual yang menghambat gw, or better say, kita untuk berkarya. Bagaimana kalau sama2 mengacungkan jari tengah pada orang yang berpikiran sempit seperti itu?
How to tone digitally

Kalo menurut gw, aneh kalau mengatakan bahwa screen tone yang di-scan hasilnya lebih baik daripada program toning di komputer. Seperti yg dikukuhkan E*** dalam pengerjaan komik.

Tone hancur itu bukan berarti "programnya" tidak terbaca oleh mesin cetak, tapi karena ketidaktepatan penggunaan program itu sendiri. Toh hasil akhir dari kedua teknik ini sama2 dalam bentuk format bitmap TIFF (flat?).

Yang membuat tone hancur itu adalah efek 'moir' yang menjadikan tone membentuk pola (kotak2, lingkaran, atau batik). Gw punya beberapa tips supaya efek ini tidak terjadi saat meng-apply tone pada komik.

1. Selalu buat file dalam skala 1:1, karena pola tone akan hancur jika file dibuat dalam 1,5 - 2 kali ukuran cetak kemudian dikecilkan.

2. Jangan memutar tone selain kelipatan 90 derajat. Pola tone akan hancur karena mesin cetak ngga bisa 'ngejar' titik2 yang ada jika kemiringan tone yang tidak tegak lurus. Ini menjelaskan maksud "mesin cetak tidak bisa membaca program", masalah sebenarnya adalah "mesin cetak tidak bisa mengikuti pola tone dengan sudut kemiringan tertentu" (misal tonenya diputar 45 derajat bukannya 90 atau 180 derajat).

3. Menumpuk tone harus dengan tone yang punya kerapatan dot yang sama. Untuk pengguna tone digital mungkin mengerti maksud ini. Biasanya tone dengan kerapatan dot yang sama dijejer bersebelahan, yang membuat tone lebih gelap adalah diameter dot tonenya yang membesar. Tone yang akan ditumpuk jangan digeser2 atau diputar2 supaya titik2nya bisa rapat dengan sempurna.

4. Untuk kasus yang sama, bagian yang ingin tonenya lebih gelap tapi ingin menggunakan jenis kerapatan tone yang berbeda, lebih baik hilangkan tone di bagian yang ingin digelapkan, baru bisa meng-apply tone yang lebih gelap.

5. Jangan sekali2 menumpuk tone bergradasi, karena tone jenis ini punya kerapatan dot yang berbeda yang tidak akan pernah bisa menyatu dengan sempurna dengan tone manapun tanpa menimbulkan efek moir.

6. Tone dengan efek "pasir" jarang menimbulkan moir. Tone jenis ini bisa ditumpuk dengan tone bergradasi biasa (atau tone biasa dengan tone pasir bergradasi), tapi bagaimanapun juga, moir bisa saja terjadi karena penumpukan yang tidak tepat. Jadi sebenarnya saya tetap tidak menyarankan menumpuk tone bergradasi.

Begitulah pengalaman saya dengan tone digital yang sebenar2nya. Tips ini bisa meminimalisir bahkan menghilangkan efek moir saat komik dicetak.

Semoga berguna.

© 2009 - 2024 Bayou-Kun
Comments157
Join the community to add your comment. Already a deviant? Log In
Matt0's avatar
journalnya membantu sekali~!